30 May 2017

Tingkatkan Kompetensi Kepala Perpustakaan melalui Diklat Manajemen Perpustakaan


Majunya perpustakaan, tergantung pada peran kepala perpustakaan dalam mengelola perpustakaan, Banyak kepala perpustakaan yang diangkat menjadi kepala perpustakaan, namun tidak memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan atau pelatihan dibidang perpustakaan, sehingga menyulitkan bagi kepala perpustakaan tersebut dalam mengelola perpustakaan secara efisien dan efektif. Untuk mengatasi kurangnya kompetensi para kepala perpustakaan, baik di tingkat perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinnggi, perpustakaan khusus maupun perpustakaan umum, Perpustakaan Nasional RI telah mengeluarkan kurikulum diklat bagi para kepala perpustakaan tersebut, yaitu Diklat Manajemen Perpustakaan.
Diklat manajemen Perpustakaan, disusun berdasarkan pada standar kompetensi kerja kepala perpustakaan dan tertuang dalam Uraian Tugas Pustakawan serta Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008.

Kurikulum Diklat Manajemen Perpustakan dapat dilihat sebagai berikut

22 May 2017

Pengembangan kompetensi melakukan Kajian Pengembangan Kepustakawanan Peserta Diklat Pustakawan Tingkat Ahli (Alih Jalur)

Pertajam Kompetensi dalam melakukan Kajian Pengembangan Kepustakawanan,, Peserta Diklat Pustakawan Tingkat Ahli (Alih Jalur) foto bersama fasilitator (Sudarto)
Kompetensi Pustakawan Tingkat Ahli yang sangat penting adalah menulis karya ilmiah, sehingga kompetensi tersebut perlu ditingkatkan, terutama pada Peserta Diklat Pustakawan Tingkat Ahli (Alih Jalur) yang dilaksanakan Perpustakaan Nasional RI tanggal 1 s.d. 23 Mei 2017 di Hotel Bumi Wiyata, Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, dan  diikuti oleh 16 orang peserta dari seluruh Indonesia.

Dalam sesi pembelajaran Mata Diklat "Kajian Pengembangan Kepustakawanan," yang difasilitasi oleh Sudarto, peserta diklat dipandu melalui latihan, diskusi dan presentasi, khususnya dalam mempertajam kompetensi melakukan Kajian Pengembangan Kepustakawanan, menyusun proposal pengkajian pengembangan kepustakawanan, mulai dari mengidentifikasi masalah di perpustakaan, merumuskan judul, merumuskan masalah kajian/ penelitian, merumuskan tujuan dan manfaat kajian, mendeskripsikan metodologi kajian, termasuk menentukan sumber data, populasi dan sampel kajian, penyusunan instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

Ternyata permasalahan di perpustakaan sangat kompleks, dan memerlukan pemecahan melalui berbagai cara, diantaranya melalui pengkajian atau penelitian, sehingga dapat diperoleh hasil yang akurat" Demikian komentar salah satu peserta Diklat. Diharapkan setelah selesai pelatihan, peserta 
dapat mengembangkan ilmu dan mampu memecahkan masalah kepustakawanan berdasarkan hasil pengkajian atau penelitian.

Sukses dan Selamat Berkarya untuk semua Peserta Diklat Pustakawan Tingkat Ahli (Alih Jalur).

Salam Literasi

Sudarto
22 Mei 2017




17 May 2017

Peserta Seminar

Peserta Seminar Nasional: 1. Peran Kebudayaan dalam Pembangunan, Bappenas, 2017 2.

Pustakawan sebagai Motor Penggerak Literasi Informasi di Perpustakaan

Pak Aim salah seorang pustakawan Perpustakaan Nasional RI
sedang mengajarkan literasi informasi di perpustakaan melalui sulap
Literasi informasi masih belum optimal di kalangan pustakawan baik sebagai pelaku maupun fasilitator literasi. Tema inilah yang diangkat sebagai materi kajian informasi pada Diklat Penulisan Karya Ilmiah Perpustakaan Nasional, di Hotel Bumi Wiyata, Margonda, Depok (10/5). Sudarto, salah satu  Widyaiswara di Perpustakaan Nasional RI yang sudah lama bergelut dalam bidang literasi informasi, hadir sebagai pemateri tunggal.
Sudarto, salah satu  Widyaiswara di Perpustakaan Nasional RI yang sudah lama bergelut dalam bidang literasi informasi, hadir sebagai pemateri tunggal.
Literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui kapan ia membutuhkan informasi, bagaimana cara menemukannya, bagaimana memilahnya, dan bagaimana menggunakannya secara efektif. Menurutnya, dalam meningkatkan budaya literasi informasi di lingkungan perpustakaan, pustakawan harus mengetahui kendala-kendala dalam penerapan literasi informasi. Pemahaman tersebut akan mengantarkan pustakawan dalam menemukan strategi-strategi yang dapat diimplementasikan dalam upaya meningkatkan literasi informasi.

Pustakawan sebagai motor penggerak dapat melakukan berbagai cara dalam meningkatkan literasi informasi, salah satunya dengan melakukan bimbingan pemakai dengan cara yang menarik dan atraktif seperti; dengan sulap atau poster-poster literasi yang persuasif. Seperti yang dicontohkan oleh Abdul Rahim, salah seorang Pustakawan di Perpustakaan Nasional. Pak Aim, begitu panggilannya mempraktikkan sulap di hadapan peserta diklat. Menurutnya dengan sulap, pemustaka khususnya anak-anak sekolah lebih mudah memahami literasi informasi di perpustakaan. Dengan demikian, paradigma pemustaka terhadap perpustakaan yang kaku dan rumit berubah menjadi menyenangkan dan memudahkan.

Salah satu kelompok dari Perpustakaan Nasional sedang berdiskusi tentang rencana program dan kegiatan literasi informasi di perpustakaan.
Pada sesi akhir, peserta diklat diberikan tugas membuat rencana program literasi informasi secara berkelompok kemudian dipresentasikan yang akan ditanggapi dengan pertanyaan dan saran dari widyaswara dan peserta lainnya. Dan ditutup dengan berfoto bersama.


Kontributor:      Samsiyah
                          Rudianto
                          Eti Sumiati                  
  Ninies Ardhiani
                          Irdaniajati



Peningkatan Kompetensi Pustakawan dalam Menulis Karya Ilmiah




Untuk meningkatkan kompetensi pustakawan dalam penulisan karya ilmiah, Perpustakaan Nasional RI melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Angkatan III pada tanggal 8 s.d 20 Mei 2017 di hotel Bumi Wiyata Depok. Peserta pendidikan dan pelatihan sebanyak 30 orang pustakawan dari berbagai perpustakaan di Indonesia. Peserta sangat antuasias dalam mengikuti kegiatan tersebut seperti nampak ketika mengikuti  materi  Kajian Informasi yang disampaikan narasumber. Drs. Sudarto, M.Si dari Perpustakaan Nasional RI,  Peserta terlibat dalam dikusi terbuka dengan narasumber. 
Kegiatan ini dipandu para pakar dan ahli penulisan karya ilmiah dari Perpustakaan Nasional RI dan Universitas Negeri Jakarta. Salah satu pakar tersebut adalah Drs Sudarto Msi. Sudarto menyampaikan materi yang sangat mendasar dalam penulisan karya ilmiah yaitu Kajian Informasi. Materi kajian informasi diberikan di hari ke-2 pelaksanaan diklat. Sudarto memaparkan kajian informasi yang merupakan bekal penting seorang pustakawan dalam menyusun karya ilmiah karena informasi yang benar dibutuhkan untuk mendasari penulisan karya ilmiah tersebut. Kemampuan literasi informasi pustakawan harus perlu diasah terus untuk dapat memanfaatkan informasi dalam meningkatkan kualitas hidupnya. 
(Kelompok Peserta)

Kurikulum Diklat Penulisan Karya Ilmiah sebagai berikut:



Bab I Kurikulum Karya Ilmiah by sudarto on Scribd

11 April 2017

Pelatihan bagi Tenaga Pengajar bidang Perpustakaan (TOT)

Widyaiswara/ tenaga pengajar/ fasilitator dalam sebuah pelatihan, memegang peranan sangat besar dalam mencapai tujuan pelatihan, selain aspek peserta, fasilitas, sarana prasarana, dan perangkat lainnya seperti kurikulum, bahan ajar, perangkat evaluasi, serta pedoman penyelenggaraan pelatihan.  Pengajar diharapkan memiliki kompetensi yang memadai dalam hal menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi Bloom, yakni tujuan untuk menyampaikan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Kemampuan tenaga pengajar menganalisis materi pembelajaran tersebut, akan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Setelah melakukan analisis materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan serta mentukan metode pembelajaran yang sesuai, pengajar segera mnenyusun Agenda mengajar, berupa Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

Dalam SAP dideskripsikan secara singkat uraian materi, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, metode, media, alokasi waktu, serta kegiatan yang harus dilakukan oleh pengajar maupun peserta pelatihan, mulai dari awal pelatihan (Pembukaan, inti pembelajaran, serta kesimpulan dan penutup).

Pelatihan dilaksanakan Perpustakaan Nasional RI tanggal 3 April s.d. 21 April 2017 bertempat di Hotel Ibis Harmoni, Jakarta Pusat.

Foto, Pasca Sesi "Pemilihan Metode Pembelajaran Perpustakaan"





10 April 2017

Seminar Nasional Peran Kebudayaan dalam Pembangunan



Peran Kebudayaan dalam Pembangunan, dijadikan tema utama Seminar Nasional yang diselenggarakan Bappenas, tanggal  4 April 2017. Bertempat di Gedung Widjoyo Nitisastro Bappenas, Jalan Taman Surapati No.2, Jakarta Pusat.  Seminar Nasional dibuka oleh Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc. sebagai Deputi PMMK (Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan). Hadir sebagai Keynote Speaker adalah Menteri PPN/ Bappenas, Bpk. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Pembicara Seminar Nasional adalah Bpk Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Kemdikbud) memaparkan "Peta Jalan Pembangunan Kebudayaan Indonesia," Hans Antlov memaparkan: "Local Knowledge Sebagai Modal pembangunan," Amich Alhumami memaparkan "Memahami kebudayaan dalam Konteks Pembangunan," Ibu Melanie Budianta, memaparkan "Dinamika Kebudayaan dalam Pembangunan," Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi, memaparkan "Strategi pembangunan Kota Budaya," digantikan oleh Kepala Dinas Pariwisata banyuwangi dengan judul paparan: "Best Practice Pariwisata Banyuwangi," Ibu Saur marlina Manurung, memaparkan: "Transformasi Pendidikan melalui pendekatan Budaya lokal dan Kebutuhan Masyarakat Adat," serta Mas Dynand Fariz (presiden Jember Fashion Carnaval/ JFC), memaparkan "Industri Kreatif Berbasis Budaya Lokal."

Diskusi dalam Seminar disampaikan oleh Sudarto yang melemparkan masalah kesenjangan budaya di kalangan pelaku ekonomi, khususnya komunitas angkutan konvensional dan komunitas angkutan berbasis online. Terjadi persaingan, dalam dinamika budaya, sehingga timbul Bentrokan yang cukup meresahkan masyarakat. Bagaimana peran pemerintah, khususnya Dirjen kebudayaan melakukan pendidikan pada masyarakat tentang dinamika budaya khususnya merebaknya angkutan online, agar diterima oleh masyarakat dan tidak terjadi bentrokan antar komunitas? Disarankan juga dalam diskusi tersebut agar penangannya dilakukan secara kolaboratif antara berbagai pemangku kepentingan terkait dan lintas sektoral, karena budaya online adalah bidang garapan semua sektor, bukan hanya dirjen kebudayaan.

Dalam diskusi selanjutnya muncul gagasan untuk menyelesaikan permasalahan budaya bukan dengan menyelenggarakan sebuah Proyek Kegiatan, karena akan menambah beban-beban dan membuka peluang untuk terjadinya korupsi. Hal ini juga yang selanjutnya perlu ditindaklanjuti oleh Bappenas dalam menyusun perencanaan, khususnya perencanaan pembangunan. #sudarto






















30 March 2017

Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan dalam Pembuatan eBook


Peningkatan Kompetensi tenaga perpustakaan dalam bidang alih media bahan perpustakaan, khususnya pembuatan buku elektronik (eBook), disampaikan dalam pembelajaran mata diklat Alih Media Bahan Perpustakaan khususnya Pembuatan eBook dalam Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan. Pemateri adalah Sudarto, dari Perpustakaan Nasional RI, 

                             ALIH MEDIA BAHAN PERPUSTAKAAN MELALUI E-BOOK

         Pengajar                      : Bapak Drs. Sudarto, M.Si
         Jabatan Pengajar         : Widyaiswara Muda
         Hari                             : Rabu, 29 Maret 2017
         Pukul                           : 08.00 – 14.30 WIB
         Nama Diklat                : Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan
         Peserta                         : 30 orang
         Tempat                        : Hotel Ibis Jakarta Harmoni, Jakarta Pusat
         Judul Mata Ajar          : Alih Media Bahan Perpustakaan Melalui E-book
         Metode Pengajaran     : Ceramah dan tanya jawab, praktek, diskusi, tugas kelompok, tugas individu
         Maksud pembelajaran : Membekali peserta tentang alih media digital, misalnya membuat e-book, memformat e-book, dan mengemas e-book dalam exe dan html.
         Sistematika materi yang diajarkan:
                                      I.          PENDAHULUAN
A.      Mengenal E-Book
B.       Manfaat E-Book
C.       Kendala E-Book
                                        II.     FORMAT E-BOOK
                                     III.     MEMBUAT E-BOOK
                                     IV.     MEMPUBLISH EBOOK KE DALAM FORMAT EXE DAN HTML
                                     
Berikut Foto-Foto Sesi Pelatihan Pembuatan eBook dalam Alih media Bahan Perpustakaan.

Kerja Kelompok Pembuatan ebook di Perguruan Tinggi
Kerja Kelompok Pembuatan ebook di Perpustakaan Khusus


Kerja Kelompok Pembuatan eBook di Perpustakaan Umum
Kerja Kelompok Pembuatan eBook di Perpusnas RI

 
      Sudarto-Fasilitator memberikan arahan pembuatan ebook








Sudarto,- Fasilitator Kerja Kelompok Pembuatan ebook

19 March 2017

Pertemuan Nasional Perpustakaan Kesehatan Tahun 2017



Pertemuan Nasional Perpustakaan Kesehatan Tahun 2017 dengan Tema "Bukan Perpustakaan Biasa" Perpustakaan Sebagai Mitra Tujuan Pembangunan Kesehatan Berkelanjutan dalam Mendukung Germas"  diselenggarakan Kementerian Kesehatan di salah satu Hotel di Surakarta, Solo.

Materi dalam pertemuaan tersebut dengan judul: Bukan Perpustaklaan Biasa; 6Ds Strategi Pemberdayaan Perpustakaan, dalam powerpoint dapat anda baca and download.

10 March 2017

Materi Diklat Tahun 2017

Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah (KPS) Bahan Tayang Mata Ajar diklat: "Pengantar Teknologi Informasi Perpustakaan sekolah" 09-03-2017 Perpusnas, Hotel Ibis JKT

06 March 2017

Program Pengembangan Perpustakaan Berbasis TIK


Penyusunan Program Pengembangan Perpustakaan Berbasis TIK, mencakup seluruh aspek perpustakaan, yang harus mendapat perhatian secara komprehensif. Untuk itu diperlukan pemahaman dan wawasan internal dan eksternal melalui analisis SWOT tentang kekuatan dan kelemahan perpustakaan, Mengetahui permasalahan yang dihadapi perpustakaan dan mampu mengenali permasalahan yang paling dominan dan menimbulkan efek yang besar yang harus segera dipecahkan demi kemajuan perpustakaan. Dengan pemahaman permasalahan secara akurat, maka dapat dicari altrernatif pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan dan menggunakan strategi yang tepat dengan cara mengurangi kelemahan dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki perpustakaan.

Dengan demikian dapat disusun program dan kegiatan perpustakaan untuk merealisasikan tujuan perpustakaan menjadi lebih berkualitas. Berikut kerangka penyusunan program tersebut dalam bentuk powerpoint yang dapat Saudara baca atau Download. Semoga bermanfaat.

23 February 2017

Rakernis Tahun 2017 Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI

 
     
Untuk meningkatkan kualitas program dan kegiatan kedeputian di lingkungan Perpustakaan Nasional RI, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan (Deputi II), Perpustakaan Nasional RI melaksanakan Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Kedeputian yang dihadiri pejabat struktural, pejabat fungsional pustakawan dan widyaiswara serta undangan lainnya di 3 Pusat yang ada di Deputi II yaitu Pusat Pengembangan Pustakawan, Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca, serta Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Rakernis berlangsung di Aula Perpustakaan Nasional RI selama 3 hari, mulai tanggal 21 Februari sampai dengan 23 Februari 2017.
          
Rakernis diawali dengan laporan Ketua Penyelenggara, Drs. Widiyanto, MSi, dan dibuka oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI,  Drs. Muhammmad Syarif Bando, MM, sekaligus memberikan pengarahan tentang tugas pokok, fungsi dan arah penyelenggarakan dan pengembangan program dan kegiatan di lingkungan Deputi II khususnya program-program yang menjadi skala prioritas untuk diselenggarakan berkaitan dengan pelaksanaan Inpassing jabatan fungsional pustakawan di Indonesia sebagai tindak lanjut Permenpan RB Nomor 26 Tahun 2016 tentang Inpassing jabatan Fungsional.

Memasuki Acara Rakernis, Deputi II, Dra. Woro Titi Haryanti, MA, memberikan pengarahan dan penekanan pentingnya melakukan integrasi dan sinergi program dan kegiatan di Deputi II, agar saling mendukung, memperkuat dan satu persepsi dalam menyusun program dan kegiatan berdasarkan evaluasi program tahun 2016 yang lalu serta mengacu pada Renstra Perpustakaan Nasional RI, baik penguatan program tahun 2017 maupun perencanaan program dan kegiatan tahun 2018.


Untuk memberikan informasi dan pemahaman pada ketiga Pusat di deputi II, masing-masing Pusat memaparkan hasil evaluasi kegiatan tahun 2016, Pemantapan Program dan Kegiatan tahun 2017 dan Rencana Program dan Kegiatan tahun 2018, sehingga mendapat masukan dan saran tentang sinergitas dan pengembangan program pada masing-masing pusat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas program dan kegiatan di Deputi II. Dengan demikian diharapkan Program dan kegiatan di Deputi II dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dalam mencapai visi dan misi Perpustakaan Nasional RI serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kecerdasan masyarakat melalui optimalisasi peran Perpustakaan Nasional.



Kepala Perpustakaan Nasional RI membuka Rakernis 








Widyaiswara sebagai Peserta Rakernis 












  



  

a



 




23 January 2017

Analisis Kebutuhan Diklat

analisis kebutuhan diklat:


Analisis Kebutuhan Diklat Kepustakawanan Berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Bidang Perpustakaan untuk Pustakawan Indonesia


Drs. Sudarto, M.Si[1]
dan Luthfiati Makarim, MM[2]


Abstrak

Analisis Kebutuhan Diklat berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)  Bidang Perpustakaan bagi pustakawan Indonesia bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dengan melakukan pengukuran kesenjangan kompetensi yang dimiliki pustakawan Indonesia secara real dibandingkan dengan SKKNI Bidang Perpustakaan. Analisis kebutuhan diklat menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif deskriptif untuk mengukur kesenjangan 19 kompetensi pustakawan yang terdiri dari tiga kelompok kompetensi seperti termuat dalam SKKNI Bidang Perpustakaan, yaitu kelompok kompetensi umum (2 butir kompetensi), kompetensi inti (11 butir kompetensi), dan kompetensi khusus (6 butir kompetensi), dengan mengelompokkan hasil analisis ke dalam dua kategori, yaitu Kompeten dan Belum Kompeten. Responden terdiri dari 242 pustakawan Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia. Kuesioner disebarkan dengan cara dikirim melalui jasa pos dan juga ditempatkan di perpustakaan. Kuesioner terkumpul sebanyak 242 sesuai jumlah responden. Pengolahan data hasil kuesioner dengan cara tabulasi dan pengelompokan data. Hasil pengolahan data lalu dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak kompeten dalam Melakukan Kegiatan Literasi Informasi, yaitu 83,21%, dan sebagian kecil responden (34,81%) belum kompeten dalam melakukan pengatalogan deskriptif. Dengan demikian teridentifikasi: (1) adanya kebutuhan  diklat untuk mengisi kesenjangan kompetensi yang termuat dalam SKKNI Bidang perpustakaan, terutama kompetensi dalam melakukan Literasi Informasi. Pada sisi lain, tidak dibutuhkan diklat dalam membuat pengatalogan deskriptif, karena dianggap sudah kompeten. Berdasarkan kesimpulan tersebut direkomendasikan agar Perpustakaan Nasional RI membuat program dan kurikulum diklat kepustakawanan bagi pustakawan Indonesia yang disusun berdasarkan prioritas kebutuhan diklat agar kompetensi pustakawan Indonesia sesuai dengan SKKNI Bidang Perpustakaan.
.
Kata kunci:  Pustakawan, Kesenjangan Kompetensi, SKKNI Bidang Perpustakaan, Analisis Kebutuhan Diklat, Program Diklat.


  I. PENDAHULUAN
  
A.      Latar Belakang
              Kajian analisis kebutuhan diklat (selanjutnya disebut AKD) kepustakawanan bagi pustakawan Indonesia telah dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2015. Kajian ini dilatarbelakangi adanya kebutuhan untuk menyusun kurikulum diklat kepustakawanan berbasis kompetensi dan mempersiapkan pustakawan Indonesia agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan SKKNI Bidang Perpustakaan Nomor 82 Tahun 2012.  Diharapkan, dari kajian analisis kebutuhan diklat ini, dapat disusun program diklat sesuai dengan kebutuhan pustakawan Indonesia dalam mengembangkan kompetensi dan profesionalitasnya sesuai dengan SKKNI   bidang perpustakaan.

Analisis kebutuhan diklat dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat mengenai kebutuhan diklat pustakawan Indonesia dengan mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang dimiliki pustakawan Indonesia dibandingkan dengan SKKNI Bidang Perpustakaan Nomor 82 Tahun 2012, sehingga dapat dirumuskan program diklat, kurikulum dan bahan ajar yang sesuai kebutuhan pustakawan Indonesia.

B.       Permasalahan

Permasalahan utama dalam kajian AKD ini adalah belum teridentifikasinya kebutuhan diklat perpustakaan bagi pustakawan dalam memenuhi kebutuhan kompetensi sesuai dengan SKKNI Bidang Perpustakaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tugas pokok dan jenjang jabatannya. Dengan demikian maka rumusan masalah kajian ini adalah:
a.         Bagaimanakah kesenjangan kompetensi pustakawan Indonesia sesuai dengan SKKNI bidang perpustakaan?
b.         Diklat apakah yang dibutuhkan pustakawan Indonesia untuk mengisi kesenjangan kompetensi sesuai dengan SKKNI bidang perpustakaan?
c.         Bagaimanakah muatan kurikulum diklat yang tepat sesuai kebutuhan pustakawan indonesia, berbasis SSKNI Bidang Perpustakaan?

C.      Tujuan

Kajian analisis kebutuhan diklat ini bertujuan untuk:
1.         mengetahui kesenjangan kompetensi yang dimiliki oleh pustakawan Indonesia dibandingkan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan Nomor 82 Tahun 2012.
2.         memperoleh data akurat tentang diklat kepustakawanan yang dibutuhkan pustakawan Indonesia berdasarkan hasil pengukuran kesenjangan kompetensi pustakawan.
3.         Memperoleh masukan tentang muatan kurikulum diklat kepustakawanan berbasis kompetensi berdasarkan hasil kajian analisis kebutuhan diklat.
4.         meningkatkan kualitas program dan kurikulum diklat kepustakawanan sehingga dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat kepustakawanan dan lulusannya.


D.      Sasaran

Sasaran kajian analisis kebutuhan diklat berbasis SKKNI bidang perpustakaan bagi pustakawan Indonesia adalah:
1.      Teridentifikasinya kesenjangan kompetensi yang dimiliki pustakawan Indonesia berdasarkan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKI) bidang perpustakaan.
2.      Diperolehnya data akurat tentang diklat kepustakawanan yang dibutuhkan pustakawan Indonesia berdasarkan hasil pengukuran kesenjangan kompetensi pustakawan.
3.      Diperolehnya masukan muatan kurikulum diklat kepustakawanan berbasis SKKNI bidang perpustakaan berdasarkan hasil kajian analisis kebutuhan diklat.
4.      Meningkatkan kualitas program dan kurikulum diklat kepustakawanan yang dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat dan lulusan diklat.





II. METODE PENELITIAN

           Pelaksanaan kajian AKD menggunakan metode penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi aktual mengenai kompetensi pustakawan dengan mengidentifikasi kesenjangan kompetensi pustakawan secara nyata dibandingkan dengan SKKNI Bidang perpustakaan. AKD kepustakawanan dimulai dengan membuat perencanaan kajian berisi perumusan masalah, penentuan tujuan kajian, penentuan data, penentuan metode penelitian, penentuan responden, teknik pengumpulan data, pembuatan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A.      Populasi dan Sampel


Populasi kajian AKD ini adalah pustakawan Indonesia yang berjumlah 3.350 orang. Dari populasi tersebut, ditentukan sampel kajian secara acak sejumlah 242 orang responden yang bekerja di Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Umum Provinsi, Perpustakaan Umum Kabupaten/ Kota, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, dan Perpustakaan Khusus/ Instansi dengan rincian responden:
1.
Perpustakaan Umum Provinsi
103 orang
2.
Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota
13 orang
3.
Perpustakaan Perguruan Tinggi
46 orang
4.
Perpustakaan Sekolah
1 orang
5.
Perpustakaan Khusus/Instansi
12 orang
6.
Perpustakaan Nasional RI
67 orang
Jumlah:

242 orang

 

B.     Instrumen AKD


Kajian AKD ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang memuat seluruh kisi-kisi unit dan elemen kompetensi serta kriteria unjuk kerja kompetensi umum, kompetensi inti dan kompetensi khusus dalam SKKNI Bidang Perpustakaan. Rincian kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Kompetensi Umum
1.      Mengoperasikan Komputer Tingkat Dasar
2.      Menyusun Rencana Kerja Perpustakaan
3.      Membuat Laporan Kerja Perpustakaan

Kompetensi Inti
1.      Melakukan Seleksi Bahan Perpustakaan
2.      Melakukan Pengadaan Bahan Perpustakaan
3.      Melakukan Pengatalogan Deskriptif
4.      Melakukan Pengatalogan Subjek
5.      Melakukan Perawatan Bahan Perpustakaan
6.      Melakukan Layanan Sirkulasi
7.      Melakukan Layanan Referensi
8.      Melakukan Penelusuran Informasi Sederhana
9.      Melakukan Promosi Perpustakaan
10.  Melakukan Kegiatan Literasi Informasi
11.  Memanfaatkan Jaringan Internet untuk Layanan Perpustakaan.

Kompetensi Khusus
1
2
3
4
5
6

C.    Teknik Pengumpulan Data

 

Data kajian diperoleh melalui kuesioner yang dikirim melalui jasa pos, dan kuesioner yang diberikan langsung pada responden.


  

D.    Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul melalui kuesioner ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif yang dituangkan secara deskriptif.
1.    Analisis kuantitatif berupa tabulasi/penghitungan jumlah pilihan responden terhadap pertanyaan dalam kuesioner.
2.    Analisis kualitatif deskriptif dilakukan dengan mengelompokkan jawaban peserta untuk mendapatkan gambaran kesenjangan kompetensi pustakawan dibandingkan dengan SKKNI Bidang Perpustakaan Nomor 82 Tahun 2012.
3.    Kualitatif deskriptif menggambarkan rumusan program diklat kepustakawaan berbasis kompetensi sesuai SKKNI Bidang perpustakaan yang dibutuhkan oleh pustakawan Indonesia.

 

E.     Tahapan Pelaksanaan AKD


Tahapan pelaksanaan kajian AKD meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, sampai pelaporan. Berikut uraiannya:
1.    Membuat rancangan kajian
2.    Menyusun instrumen pengumpulan Ddata kajian AKD berupa kuesioner
3.    Menyebarkan kuesioner
4.    Mengumpulkan data kuesioner
5.    Mengolah kuesioner secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengelompokkan data.
6.    Menganalisi data secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif
7.    Membuat laporan hasil kajian AKD.


 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Analisis Kesenjangan Kompetensi

Data yang dikumpulkan dalam kajian AKD ini mencakup data umum responden dan data penelitian. Data umum menjaring informasi tentang identitas responden, sedangkan data khusus penelitian meliputi tiga kelompok kompetensi, yaitu kelompok kompetensi umum, kompetensi inti dan kompetensi khusus.

Pengukuran kompetensi pustakawan dilakukan sendiri oleh responden (self assessment) dengan skala pengukuran 1 sampai 4 atau A sampai D, dengan keterangan sebagai berikut:

·        Nilai A (Tidak Mengetahui), menggambarkan bobot penguasaan kompetensi terkecil. Responden yang menjawab dengan nilai A artinya responden tidak mengetahui, tidak memahami, tidak mampu atau tidak memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan tersebut.

·        Nilai B (Cukup Mengetahui) menggambarkan bobot penguasaan kompetensi Cukup. Responden dianggap memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dasar atau memiliki kompetensi dasar untuk melakukan pekerjaan tersebut.

·        Nilai C (Mengetahui dengan baik) menggambarkan bobot penguasaan kompetensi baik. Responden dianggap mengetahui dan memahami dengan baik atau memiliki kompetensi yang baik untuk melakukan pekerjaan tersebut.

·        Nilai D (Sangat mengetahui/menguasai) menggambarkan bobot penguasaan kompetensi secara utuh/tertinggi. Responden dianggap mengetahui dan memahami secara lengkap atau memiliki kompetensi lengkap meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Nilai D juga berarti responden sering melakukan pekerjaan tersebut.  

·        Tidak memilih (Abstain). Untuk mengelompokkan responden yang tidak memilih, pengkaji mengasumsikan bahwa responden tidak mampu menempatkan posisi dirinya sebagai kompeten atau tidak kompeten, sehingga dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tidak kompeten untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Berdasarkan range penilaian mandiri tersebut, responden yang menjawab dengan nilai A, B dan yang tidak memilih, dikategorikan Belum Kompeten (BK), sedangkan Nilai C dan D menunjukkan bahwa responden Kompeten (K).

Asumsi kebutuhan diklat kepustakawanan bagi pustakawan mengacu pada hasil pengukuran kompetensi, sebagai berikut:
1.    Diklat mutlak diperlukan dengan prioritas tinggi, jika >70% pustakawan belum kompeten.
2.    Diklat sangat diperlukan dengan prioritas sedang jika 60% s.d. 69,9% pustakawan belum kompeten.
3.    Diklat diperlukan dengan prioritas rendah jika 50% s.d. 59,9% pustakawan kurang kompeten.
4.    Diklat tidak diperlukan jika <50% pustakawan sudah kompeten.

Hasil pengukuran kesenjangan kompetensi dikelompokan ke dalam kategori kompeten (K) dan belum kompeten (BK), serta gambaran prioritas diklat yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan kompetensi tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut :

1.
Kelompok Unit Kompetensi Umum
Kompeten
(K)
Belum Kompeten
(BK)
Prioritas Kebutuhan Diklat

-      Menyusun Rencana Kerja Perpustakaan  
31,64%
68,38%
Sedang

-   Membuat Laporan Kerja Perpustakaan 
40,83%
59,17%
Rendah
2.
Kelompok Unit Kompetensi Inti




-  Melakukan Seleksi Bahan Perpustakaan  
50,97%
49,02%
Tidak perlu dklat

-  Melakukan Pengadaan Bahan Perpustakaan  
40,93%
59,57%
Rendah

-  Melakukan Pengatalogan Deskriptif  
65,19%
34,81%
Tidak perlu dklat

-  Melakukan Pengatalogan Subyek 
49,26%
50,74%
Rendah

-  Melakukan Perawatan Bahan Perpustakaan  
38,64%
61,39%
Sedang

-  Melakukan Layanan Sirkulasi  
59,67%
40,33%
Tidak perlu dklat

-  Melakukan Layanan Referensi 
45,93%
53,08%
Sedang

-  Melakukan Penelusuran Informasi Sederhana  
45,01%
54,99%
Sedang

-  Melakukan Promosi Perpustakaan  
47,70%
52,30%
Sedang

-  Melakukan Kegiatan Literasi Informasi  
16,79%
83,21%
Tinggi

- Memanfaatkan  Jaringan  Internet  untuk  Layanan Perpustakaan

31,38%
68,64%
Sedang
3.
Kelompok Unit Kompetensi Khusus  




- Merancang Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan  
46,55%
53,45%
Sedang

-  Melakukan Perbaikan Bahan Perpustakaan 
29,02%
70,98%
Tinggi

-  Membuat Literatur Sekunder  
33,96%
66,04%
Sedang

-  Melakukan Penelusuran Informasi Kompleks  
28,95%
71,05%
Tinggi

-  Melakukan Kajian Bidang Perpustakaan 
20,30%
79,70%
Tinggi

-  Membuat Karya Tulis Ilmiah  
33,41%
66,%
Sedang


 IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan hasil kajian dan rekomendasi bagi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI terkait dengan pencapaian tujuan kajian.

A.    Kesimpulan
1.         Kajian Analisis Kebutuhan Diklat bagi pustakawan Indonesia dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan untuk menyusun kurikulum diklat kepustakawanan berbasis kompetensi dan mempersiapkan pustakawan Indonesia agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan SKKNI Bidang Perpustakaan.
2.         Permasalahan utama AKD adalah belum teridentifikasinya kebutuhan diklat perpustakaan bagi pustakawan dalam memenuhi kebutuhan kompetensi sesuai dengan SKKNI bidang perpustakaan.
3.         Tujuan análisis kebutuhan diklat kepustakawanan adalah untuk meningkatkan kualitas program diklat kepustakawanan berdasarkan hasil kajian (análisis kebutuhan diklat).
4.         Metode kajian kebutuhan diklat menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif deskriptif.
5.         Analisis kebutuhan diklat mengukur 19 kompetensi pustakawan SKKNI bidang perpustakaan yaitu kelompok kompetensi umum (diambil 2 kompetensi dari 3 kompetensi), kompetensi inti (11 kompetensi) dan kompetensi khusus (6 kompetensi), dengan pengelompokkan hasil analisis ke dalam dua kategori yaitu Kompeten dan Tidak Kompeten.
6.         Hasil analisis terhadap data penelitian (242 pustakawan) menunjukkan bahwa   terdapat kebutuhan diklat pada tiga kelompok kompetensi, dengan responden yang belum kompeten tertinggi sebanyak 83,21% untuk unit kompetensi Melakukan Kegiatan Literasi Informasi.

7.         Sebanyak 34,81% responden menjawab belum kompeten dalam unit kompetensi Melakukan Pengatalogan Deskriptif.
8.         Responden yang memerlukan diklat berkisar antara 35% sampai dengan 80%, dengan prioritas diklat kepustakawan berbasis kompetensi secara berurut dari tinggi ke rendah adalah Diklat Literasi Informasi, Diklat Kajian Bidang Perpustakaan, Diklat Penelusuran Informasi Kompleks, dan Diklat Perbaikan Bahan Perpustakaan
9.         Diklat yang dibutuhkan untuk memiliki kompetensi dalam menyusun rencana kerja perpustakaan, jaringan internet untuk layanan perpustakaan, membuat karya tulis ilmiah, membuat literatur sekunder serta perawatan bahan perpustakaan menjadi prioritas sedang yakni sebanyak 60% - 69,9% responden menyatakan belum kompeten (BK).
10.     Diklat membuat laporan kerja perpustakaan, pengadaan bahan perpustakaan, pengatalogan subjek, layanan referensi, penelusuran informasi sederhana, promosi perpustakaan, dan merancang tata ruang dan perabot perpustakaan menjadi prioritas rendah karena sebanyak 50% - 59,9% responden menyatakan belum kompeten (bk).
11.     Diklat yang belum dibutuhkan adalah mengenai seleksi bahan perpustakaan, layanan sirkulasi, dan pengatalogan deskriptif dimana sebanyak <50% responden menyatakan belum kompeten (BK).

B.     Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan kajian di atas, penulis merekomendasikan:
  1. Perlu dilakukan kajian analisis kebutuhan diklat bagi pustakawan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya serta SKKNI Bidang Perpustakaan Nomor 82 Tahun 2012.
  2. Merekomendasikan kepada Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Perpustakaan Nasional RI, untuk menyelenggarakan diklat kepustakawanan berbasis kompetensi dengan urutan prioritas dari yang tertinggi sampai dengan terendah, sebagai berikut:
a.       Diklat Literasi Informasi
b.      Diklat Kajian Bidang Perpustakaan
c.       Diklat Penelusuran Informasi Kompleks
d.      Diklat Perbaikan Bahan Perpustakaan
e.       Diklat Jaringan Internet untuk Layanan Perpustakaan
f.       Diklat Rencana Kerja Perpustakaan
g.       Diklat Karya Tulis Ilmiah
h.      Diklat Literatur Sekunder
i.        Diklat Perawatan Bahan Perpustakaan
j.        Diklat Promosi Perpustakaan
k.      Diklat Pengadaan Bahan Perpustakaan
l.        Diklat Laporan Kerja Perpustakaan
m.    Diklat Penelusuran Informasi Sederhana
n.      Diklat Merancang Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan
o.      Diklat Layanan Referensi
p.      Diklat Pengatalogan Subjek


DAFTAR PUSTAKA

Anung Haryono. 1998. Analisis Kebutuhan Pembelajaran. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Depdagri.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Flippo, Edwin B. 1977. Principles of Personnel Management. New York: Mc. Graw Hill.
International Labour Organization. 2004. Pedoman Pelatihan Berbasis Kompetensi. Jakarta: ILO.
Kementerian Dalam Negeri RI. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.
Lukman Hakim. 1995. Studi Kebijakan: Konsep, Kandungan dan Proses Kebijakan: Modal Penelitian dan Analisis Kebijakan Bagi Tenaga Peneliti Depdagri. Jakarta: Badan Diklat Depdagri.
Maliki, M.A. 2013. Diklat Berbasis Kompetensi. Paparan, 22 Februari. http://www.slideshare.net/malikiesa/diklat-berbasis-kompetensi
Mangkunegara, A. P. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.
Perpustakaan Nasional RI. 2008. Profil Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Reitz, Joan M. 2004. Dictionary for Library and Information Science. Westport: Libraries Unlimited.
Rivai, E. dan Sagala, J. E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Rosset, Allison and Arwady Joseph W. 1987. Training Needs Assessment. New Jersey: Englewood Cliffs, Education Technology Publications.
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.




[1] Widyaiswara Muda. Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Perpustakaan Nasional RI. Jalan Salemba Raya No.28A, Jakarta Pusat, telp/fax 021-3152155, e-mail: darto_perpusnas@yahoo.co.id.

[2] Pustakawan Muda. Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional RI. Jalan Salemba Raya No.28A, Jakarta Pusat, telp/fax 021-3152155, e-mail: luthfiatimakarim@ymail.com.


Peningkatan Jumlah, kualifikasi dan Kompetensi Asesor Perpustakaan melalui Diklat Online Asesor Perpustakaan Tahun 2020

Asesor perpustakaan merupakan komponen utama dalam sistem akreditasi perpustakaan di Indonesia.  sebagai tenaga yang berperan secara langsun...